Selasa, 15 November 2016

It's all my fault.

Hay, lelaki sipit yang selalu muncul di angan-anganku beberapa hari ini.


Aku tau, naif memang jika aku menuliskan namamu disetiap catatanku.
Tapi aku hanya ingin tahu..
Bagaimana kabarmu?
Kau baik-baik saja kan?
Aku ingin tau masihkah kau ingat kejadian belum lama ini?

Ya..
Kau buat aku terbang tinggi melampaui galaksi terjauh, lalu kau biarkan aku terhempas, jatuh dibawah bintang-bintang.

Sekarang setelah berdarah-darah, aku yang malang ini kebingungan harus mengadu pada siapa...
.
.
.
.
.
.
Kau sama sekali tidak tampan, kau lelaki biasa saja, kau tidak seheboh dan sekeren teman-temanmu, tapi kau baik, kau ramah, kau perhatian. Walaupun kini aku tersadar, itu memang sifat bawaanmu.
Kau baik pada dia, dia dan semua orang. Kau baik pada siapapun..
Kenapa aku harus salah mengartikan? Kenapa aku sebodoh ini? Membangun rasa yang tak karuan ini dan menghancurkan tembok pertemanan yang sudah dibangun sejak lama?

Maklum kau menghindar, maklum kau menjauh, maklum kau tidak mengenalku lagi, maklum kau tak seramah dulu lagi, maklum.
Aku harus maklum.


Ingin rasanya mendekat seperti dulu..
Iya, seperti awal-awal mengenalmu, belum ada jaim diantara kita.
Tapi benar-benar berat, entahlah.

Gengsi? Tidak.
Aku sadar diri kok, aku ini apasih? Hanya sekedar debu yang lewat dan kau sudah menutup jendelamu rapat-rapat.
Sedangkan dibalik jendelamu ada puluhan bahkan mungkin ratusan wanita cantik dari keluarga baik-baik sedang bersamamu.

Tapi tak mengapa, sudah sekian tahun aku tak merasakan perasaan seperti ini, aku rindu disaat-saat aku harus jatuh cinta, disaat-saat aku akan terus memikirkan orang yang aku cintai, tersipu malu ketika ayah dan teman-temanku menyadarkanku dari lamunanku, mendengarkan lagu-lagu jatuh cinta, melihat dunia ini sebagai tempat yang indah setelah sebelumnya aku merasa dunia ini hitam.
.
.
.
Aku rindu disaat-saat aku harus terbangun disepertengah malamku, menangisi perasaan2 yang tak pernah terbalas.
Disetiap derai mata yang jatuh, aku juga sudah banyak mengambil pelajaran. Bahwa hati dan perasaanku masih berfungsi dengan baik.

Aku tahu, IT'S ALL MY FAULT.
Aku yang membukakan pintu hatiku lebar2, aku yang mulai berekpetasi, aku yang mulai mengsalah-artikan, aku yang mulai menerka-nerka, aku yang mulai berangan-angan. Dan seharusnya aku sudah siap dengan konsekuensi yang ada.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih ya sudah pernah hadir disaat cahaya ini hampir redup, walaupun hanya sesaat.
Nyatanya kau mampu membawa kembali cahaya yang pernah hilang...

Dan biarlah rasa ini ada dan tersimpan rapih tanpa harus kau balas, biarkan ia terus mengalir mengikuti arusnya.
Sampai suatu saat rasa ini bertemu muara atau malah tersangkut diakar-akar lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.